Apakah Kamboja Termasuk Salah Satu Negara Wisatawan ?

kamboja

Apakah Kamboja Termasuk Salah Satu Negara Wisatawan ? Kamboja, negeri candi kuno dan pantai tropis, sering terlewat di antara tetangganya seperti Thailand atau Vietnam. Tapi di akhir 2025 ini, negara ini lagi naik daun sebagai destinasi wisata yang wajib dicoba. Dengan 4,05 juta pengunjung internasional di delapan bulan pertama tahun ini—meski turun sedikit 5,6% dari 2024—Kamboja tetap jadi magnet bagi traveler yang cari pengalaman autentik. Angkor Wat, situs UNESCO yang dikunjungi hampir 570 ribu turis asing di semester pertama, jadi bintang utamanya. Apakah Kamboja layak disebut negara wisatawan? Jawabannya iya, tapi dengan catatan: ia unggul di budaya dan alam, tapi masih butuh polesan infrastruktur. Mari kita bedah data dan daya tariknya, dari angka hingga alasan kenapa kamu harus masukin ke itinerary.

Statistik Pariwisata Kamboja: Pemulihan Kuat Pasca-Pandemi

Kamboja bukan pemain baru di peta wisata global. Di 2024, negara ini sambut 6,7 juta turis internasional, naik 22,9% dari 2023, dan kontribusi sektor ini ke PDB capai 9,4%. Masuk 2025, momentumnya lanjut: kuartal pertama tarik 1,83 juta pengunjung, naik 16,1% dari periode sama tahun sebelumnya. Total Januari-Mei 2025 tembus 2,95 juta, atau kenaikan 11,7%. Tapi, seperti rollercoaster, Agustus lalu angka turun jadi 4,05 juta untuk delapan bulan—dipicu slowdown ekonomi regional dan kompetisi ketat dari negara tetangga.

Thailand tetap jadi sumber utama, dengan 962 ribu turis di periode itu, meski turun 28,2%. China ikut kuat, 690 ribu pengunjung Januari-Juli, naik 48,2%. ASEAN dominan, 1,3 juta atau 54% total. Bandara Phnom Penh jadi gerbang utama, sambut 1,75 juta lewat udara di 2024. Pemerintah target 7,2-7,5 juta untuk akhir 2025, didukung kampanye “Green Season” yang dorong kunjungan di musim hujan. Meski tantangan ada, seperti kurangnya penerbangan langsung dari India atau Indonesia, trennya positif—bukti Kamboja bukan cuma transit, tapi tujuan utama.

Daya Tarik Utama Kamboja: Dari Candi Megah ke Pantai Tenang

Kenapa Kamboja bikin penasaran? Angkor Archaeological Park jawabannya. Situs ini, rumah bagi Angkor Wat—candi Hindu-Buddha terbesar dunia—kunjungi 400 ribu turis asing di kuartal pertama 2025, naik 15%, hasilkan $7 juta dari tiket saja di Januari. Bayangkan: matahari terbit di balik menara candi, dikelilingi monyet dan ukiran ribuan tahun. Ta Prohm, “Tomb Raider Temple”, dengan pohon raksasa merangkul batu, jadi spot Instagram favorit. Banteay Srei, candi merah mungil tapi detailnya rumit, tambah variasi.

Phnom Penh, ibu kota yang lagi tren—peringkat 9 dunia versi Tripadvisor Januari 2024—campur sejarah kelam dan hiruk-pikuk urban. Tuol Sleng Genocide Museum dan Choeung Ek Killing Fields ingatkan tragedi Khmer Merah, tapi edukatif banget. Royal Palace megah dengan arsitektur Khmer, plus pasar malam Russian Market penuh barang antik dan street food. Di utara, Siem Reap pusat Angkor, punya pub street yang hidup malam hari. Selatan? Sihanoukville dan Koh Rong tawarkan pantai pasir putih, diving bareng hiu paus, dan eco-tour di hutan bakau. Kuliner seperti amok ikan atau lok lak sapi murah meriah, mulai 5 ribu rupiah per porsi. Kamboja ini paket lengkap: sejarah, alam, dan rasa yang autentik, tanpa keramaian berlebih seperti Bali.

Tantangan dan Upaya Pemerintah: Menuju Wisata Berkelanjutan

Tak sempurna, Kamboja punya PR. Penurunan pengunjung di pertengahan 2025 akibat tensi perbatasan dan kompetisi harga murah dari Vietnam. Infrastruktur seperti jalan dan hotel di daerah terpencil masih kurang, plus isu orphanage tourism yang eksploitatif—sektor ini meledak 60% antara 2005-2015, tapi banyak yang tak etis. Penerbangan udara naik 23,7% YoY di semester pertama, tapi masih 60,5% dari pra-pandemi.

Pemerintah gerak cepat: bandara baru Siem Reap-Angkor dan Techo Takhmao buka 2025, tambah kapasitas. Kampanye “Cambodia-China Tourism Year 2025” target China, sementara Visit Cambodia Year 2026 promosikan ecotourism di Sihanoukville, termasuk sepeda gunung di Techo Terrace. Digitalisasi seperti v-Pass, pass elektronik tanpa kertas, bikin masuk lebih mudah. Fokus ke content creator muda Kamboja promosikan via TikTok, plus strategi hijau untuk kurangi ketergantungan pada Angkor. Hasilnya? Business travel naik 30,6% YoY, capai 853 ribu, dengan China 47,3%. Ini langkah cerdas buat bikin Kamboja tahan banting, bukan cuma andalkan musim tinggi.

Kesimpulan

Ya, Kamboja termasuk salah satu negara wisatawan—bukan yang terbesar, tapi yang paling memikat dengan candi abadi dan cerita resiliennya. Dengan 4 juta lebih pengunjung di 2025 dan target ambisius 7,5 juta, ia bukti pemulihan kuat pasca-pandemi. Tantangan seperti infrastruktur ada, tapi upaya berkelanjutan bikin masa depan cerah. Bagi traveler, Kamboja ajak kamu lepas dari rutinitas: jelajahi Angkor saat fajar, santai di pantai Koh Rong, atau renung di Phnom Penh. Di November 2025 ini, saat musim hijau mulai, saatnya booking—sebelum keramaian datang. Kamboja bukan sekadar liburan; ia pengingat bahwa keindahan lahir dari ketangguhan.

Baca Selengkapnya…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *